"Assalamu'alaikum. Kuceritakan sedikit kegelisahan hati padamu, kawan."Bagaimana aku ini harus berpikir setiap pikiranku harus terinjak-injak koloni Belanda yang kejam itu. Pastilah kutemui, aku dalam keadaanbodoh, dungu, kotor, koloni Belanda itupun masih terus menginjaki hatiku, belum lagi kau lihat aku dalam remuk. Pantas saja jika kau sebut pemberontak kacang.
Satu kali aku kandas tertimpa angka-angka mengerikan. Tak sempat aku ini berdo'a, kau sudah mencongkel hatiku, belum sempat aku bersiap, kau bawa hilang entah kemana. Ah, jika semua itu saja belum sempat kulakukan, apalagi lari dari terkamanmu, sudah tak berbau.
Kawan, tak usahlah kau layangkan berbagai pujian untuk manusia remuk redam. Jika kau ini tau tentang rahasia sehelai rambut, rahasia0rahasia sebiji jagung, rahasia bumi, rahasia alam semesta, dan rahasia dari rahasia itu sendiri, tetaplah kau takkan sanggup mempengaruhiku.
Coba sajalah. Awalnyapun aku tak tau. Aku berjalan ke utara, anik ke Cirus, turun bersama Halo, beranjak ke dunia kanguru bersama auroranya yang amat sengat memikat, pemandangan metahari tenggeam masih tertancap betul pada indra penglihatanku, bingki-bingkai dunia mungkin masih ada dalam mataku keindahannya yang tak sanggup seorangpun melukiskannya. Namun dibalik bingkai-bingkai itu, sesuatu telah meradang, mencari kebenaran, menangis sampai tak ada air mata.
Apa tujuanku hidup? Memang semua hal mungkin talah kususun hingga menjadi timbunan-timbunan rapi, namun kenapa masih ada yang lari dari angan-anganku, pengharapanku, cita-citaku?satu hal yang telah luput oleh indraku. Hatiku tak kunjung sembuh dibuatnya. Bukan main mantranya.
Satu persatu potongan kecil melupakanku, jatuh terurai, termakan binatang, tersapu debu, melayang-layang bangga ia telah lepas, bebas, menelusuridunia tanpa batas.
Sampailah satu potongan kecil yang terus berada di tempat duduk semula, tak beranjak, bahkan iapun telah membuatku berkasih hati.Kawan, kuberi tahu sajalah tentang satu hal itu. Potongan kecil itu terbang layang.
Kenapa itu bisa pergi? Sendiri?
yang kau tahu hanyalah aku yang tak akan menorehkannya dalam tinta-tinta hitam diatas lembaran putih suci. Satu hal saja, satu hal yang berkelana mencari ketepatan. Kau bisa terawang sendiri. Bisa kau kembangkan dengan berbagai bentuk imajinasi untuk menebak teka-teki hidupku.
27 Juni 2009
Berkelana Mencari Kebenaran
Posted by
Blog GABUS
.
27 Juni 2009
Berkelana Mencari Kebenaran
2009-06-27T20:23:00+07:00
Blog GABUS
Sastra|